Saat ini, tanaman cabe menjadi tanaman primadona, karena harga jualnya
terkadang melambung tinggi sehingga para petani dapat menangguk untung
besar. Pada saat panen raya, harga cabe biasanya turun, namun pada saat
produksi merosot tajam karena gagal panen, harga bisa melambung
fantastis. Inilah yang seringkali diharapkan petani agar pada masa
panennya bertepatan dengan harga tinggi.Oleh karena itu, banyak petani
cabe yang mulai berhitung untuk menentukan kapan harus bertanam cabe
yang tepat.Selain jenis cabe yang unggul dan pemupukan yang baik,
penting pula untuk mengantisipasi hama dan penyakit tanaman cabe yang
seringkali menurunkan produktifitas tanaman. Hama dan penyakit tanaman
cabe cukup banyak, sehingga para petani cabe harus intensif merawat
tanaman cabe.
Di musim kemarau, tanaman diintai
lalat buah serta kutu daun yang dapat merusak buah. Sedangkan di musim hujan,
tanaman terancam oleh antraknose, jamur dan pseudomonas solanaceanum. Untuk
mengatasi lalat buah dan kutu daun, semprotkan pestisida dua minggu sekali
setelah tanaman pindah ke pot, dan untuk mengatasi penyakit akibat antraknose,
jamur dan bakteri bisa dengan penyemprotan fungisida satu hingga dua minggu
sekali. Untuk pemanenan, cabe yang sudah berwama merah sebagian berarti sudah
dapat dipanen. Ada juga petani yang sengaja memanen cabenya pada saat masih
muda (berwarna hijau). Pemetikan dilakukan dengan hati-hati agar percabangan/tangkai
tanaman tidak patah.
Hama dan
penyakit menjadi faktor penyebab menurunnya produktifitas tanaman. Pada musim
penghujan serangan hama dan penyakit tanaman cabe meningkat. Jika hama dan
penyakit tersebut tidak dikendalikan secara baik, maka dapat menyebabkan petani
mengalami kerugian. Strategi pengendalian hama dan penyakit pada tanaman cabe
dianjurkan penerapan pengendalian secara terpadu. Pengendalian Hama dan
Penyakit secara terpadu antara lain meliputi; pengendalian kultur teknik,
hayati (biologi), varietas tahan penyakit, fisik dan mekanik, dan cara kimiawi.
A. Hama
1. Ulat Grayak (Spodoptera
litura)
Ulat merupakan
jenis hama yang akan menjadi kupu-kupu yang biasanya meletakkan telur secara
berkelompok di atas daun atau tanaman. Ciri khas dari larva (ulat) grayak ini
adalah terdapat bintik-bintik segitiga berwarna hitam dan bergaris-garis
kekuningan pada sisinya. Larva akan menjadi pupa (kepompong) yang dibentuk di
bawah permukaan tanah. Daur hidup dari telur menjadi kupu-kupu berkisar antara
30 - 61 hari. Telur akan menetas menjadi ulat (larva), mula-mula hidup
berkelompok dan kemudian menyebar. Menyerang bersama-sama dalam jumlah yang
sangat banyak. Ulat ini memangsa segala jenis tanaman (polifag), termasuk
menyerang tanaman cabe. Serangan ulat grayak terjadi di malam hari, karena
kupu-kupu maupun larvanya aktif di malam hari. Pada siang hari bersembunyi di
tempat yang teduh atau di permukaan daun bagian bawah. Hama ulat grayak merusak di musim kemarau
dengan cara memakan daun mulai dari bagian tepi hingga bagian atas maupun bawah
daun cabe. Serangan hama ini menyebabkan daun-daun berlubang secara tidak
beraturan; sehingga menghambat proses fotosintesis dan akibatnya produksi buah
cabe menurun.
Pengendalian
secara terpadu terhadap hama
ini dapat dilakukan dengan cara : mekanis, yaitu mengumpulkan telur dan ulat-ulatnya
dan langsung dibunuh. Secara kultur teknis, yaitu menjaga kebersihan kebun dari
gulma dan sisa-sisa tanaman yang menjadi tempat persembunyian hama, serta melakukan rotasi tanaman. Hayati
(biologis) kimiawi, yaitu disemprot dengan insektisida berbahan aktif Bacilus
thuringiensis. Sex pheromone, yaitu perangkap ngengat (kupu-kupu) jantan. Sex
pheromone merupakan aroma yang dikeluarkan serangga betina dewasa yang dapat
menimbulkan rangsangan sexual (birahi) pada serangga jantan dewasa untuk
menghampiri dan melakukan perkawinan sehingga membuahkan keturunan. Sex
pheromone dari Taiwan yang
di Indonesia
diberi nama "Ugratas" atau Ulat Grayak Berantas Tuntas berwarna
"merah" sangat efektif untuk dijadikan perangkap kupu-kupu dewasa ulat
grayak. Cara pemasangan Ugratas merah ini adalah dimasukkan ke dalan botol
bekas aqua volume 500 cc yang diberi lubang kecil untuk tempat masuknya
kupu-kupu jantan. Untuk 1 hektar kebun cabe cukup dipasang 5-10 buah Ugratas
merah, dengan cara digantungkan sedikit lebih tinggi di atas tanaman cabe.
2. Kutu Daun (Myzus
persicae Sulz.)
Kutu daun atau
sering disebut Aphid tersebar di seluruh dunia. Hama ini memakan segala jenis
tanaman (polifag), lebih dari 100 jenis tanaman inang, termasuk tanaman cabe.
Kutu daun berkembang biak dengan 2 cara, yaitu dengan perkawinan biasa dan
tanpa perkawinan atau telur-telurnya dapat berkembang menjadi anak tanpa
pembuahan (partenogenesis). Daur hidup hama ini berkisar antara 7 - 10 hari. Hama ini menyerang tanaman
cabe dengan cara mengisap cairan daun, pucuk, tangkai bunga ataupun bagian
tanaman lainnya. Serangan berat menyebabkan daun-daun melengkung, keriting,
belang-belang kekuningan (klorosis) dan akhirnya rontok sehingga produksi cabe
menurun.
Kehadiran kutu
daun di kebun cabe, tidak hanya menjadi hama tetapi juga berfungsi sebagai
penular (penyebar) berbagai penyakit virus. Di samping itu, kutu daun
mengeluarkan cairan manis (madu) yang dapat menutupi permukaan daun. Cairan
manis ini akan ditumbuhi cendawan jelaga berwarna hitam sehingga menghambat
proses fotosintesis. Serangan kutu daun menghebat pada musim kemarau.
Pengendalian secara terpadu terhadap hama
ini dapat dilakukan dengan cara : Kultur teknik, yaitu menanam tanaman
perangkap (trap crop) di sekeliling kebun cabe, misalnya jagung. Kimiawi, yaitu
dengan semprotan insektisida yang efektif dan selektif seperti Deltamethrin 25
EC pada konsentrasi 0,1 - 0,2 cc/liter, Decis 2,5 EC 0,04%, Hostathion 40EC
0,1% atau Orthene 75 SP 0,1%.
3. Lalat Buah (Dacus
ferrugineus)
Hama ini menyebabkan
buah cabe mengalami kebusukan. Buah cabe yang diserang lalat buah akan menjadi
bercak-bercak bulat, berlubang kecil dan kemudian membusuk. Buah cabe yang
terserang akan dihuni larva yang menyebabkan semua bagian buah cabe rusak,
busuk, dan berguguran (rontok). Serangga dewasa panjangnya kurang lebih 0.5 cm,
berwarna coklat-tua, dan meletakkan telurnya di dalam buah cabe. Telur tersebut
akan menetas, kemudian merusak buah cabe. Daur hidup hama ini lamanya sekitar 4
minggu, dan pembentukan stadium pupa terjadi di atas permukaan tanah.
Pengendalian
secara terpadu terhadap hama ini dapat dilakukan dengan cara: kultur teknik, yaitu dengan pergiliran
tanaman yang bukan tanaman inang lalat buah; secara mekanis yaitu dengan
memusnahkan buah cabe yang terserang lalat buah, secara kimiawi yaitu dengan
pemasangan perangkap beracun "metil eugenol" atau protein hydrolisat
yang efektif terhadap serangga jantan maupun betina. Atau, disemprot langsung
dengan insektisida seperti Buldok, Lannate ataupun Tamaron.
4. Thrips (Thrips sp.)
Gejala
serangan yang ditimbulkan oleh thrips adalah awalnya timbul noda-noda keperakan
pada daun-daun muda, akibat adanya luka bekas serangan thrips. Noda-noda
keperakan tersebut berubah menjadi coklat. Serangan berat dapat menyebabkan
daun-daun mengeriting ke atas. Serangga ini mempunyai tipe mulut pemarut dan
pengisap. Ia memarut jaringan daun atau bunga dan mengisap cairan yang keluar
dari bagian itu. Serangan pada bunga sudah mekar akan timbul bercak cokelat.
Sedangkan pada bunga masih kuncup, thrips menyebabkan bunga gagal mekar. Thrips memiliki ciri-ciri
sebagai berikut: Serangga dewasa berukuran kecil, panjang 0,8 mm – 0,9 mm,
berwarna kuning kecoklatan kehitam-hitaman. hama ini berkembang biak secara tak
kawin (partenogenesis). Telur berbentuk oval, diletakkan di dalam jaringan daun.
Nimfa berwarna putih dan sangat aktif, diikuti dengan periode pre pupa dan
kemudian pupa. Pupa dibentuk dalam tanah, kemudian menjadi serangga dewasa.
Daur hidup berkisar antara 7 – 12 hari di dataran rendah, dan berkembang pesat
populasinya pada musim kering (kemarau). Spesies Thrips yang sering ditemukan
adalah T. tabaci yang hidupnya bersifat pemangsa segala jenis tanaman
(polifag).
Pengendalian
secara terpadu terhadap hama ini dapat dilakukan dengan cara kultur teknis,
yaitu dengan pergiliran tanaman atau mengatur rotasi tanaman yang bukan
sefamili, dan mengatur waktu tanam yang tepat, menggunakan mulsa plastik hitam
perak pada lahan tanam. Pengendalian secara kimiawi, yaitu dengan disemprot
insektisida berbahan aktif asetat, dimetoat, endosulfat, formothion, karbaril,
merkaptodimetur, dan metomil. Dosis dan waktu pemberian yang tepat dapat
menekan populasi thrips. Beberapa bahan insektida yang biasa digunakan oleh
para petani antara lain adalah; Deltamethrin 25 EC 0,1-0,7 cc/lt, Triazophos 40
EC 0,5-2,0 cc/lt, Endosulfan 25 EC 0,5-2,0 cc/lt, atau juga Decis 2,5 EC
(0,04%), Hostathion 20 EC (0,2%) maupun Mesurol 50 WP (0,1-0,2%), Pegasus 500
SC atau Perfekthion 400 EC, pada waktu sore hari.
5. Tungau (Tarsonemus
translucens)
Tungau
berukuran sangat kecil, tetapi bersifat pemangsa segala jenis tanaman
(polifag). Serangga dewasa panjangnya + 1 mm, bentuk mirip laba-laba,
dan aktif di siang hari. Siklus hidup tungau berkisar selama 14-15 hari. Tungau
menyerang tanaman cabe dengan cara mengisap cairan sel daun atau pucuk tanaman.
Akibat serangannya dapat menimbulkan bintik-bintik kuning atau keputihan.
Serangan yang berat, terutama di musim kemarau, akan menyebabkan cabe tumbuh
tidak normal dan daun-daunnya keriting. Pengendalian tungau dapat dilakukan dengan
cara disemprot insektisida akarisasi seperti Omite EC (0,2%) atau Mitac 200 EC
(0,2%).
B.
Penyakit
1. Patek
Penyakit
patek atau antraks sering kali dijumpai tanaman cabe. Penyakit patek
cukup berbahaya dan cepat menjalar, sehingga mampu menurunkan produktifitas
yang signifikan. Penyakit patek disebabkan oleh cendawan Colletotricum
capsici dan Colletotricum piperatum, bercak daun (Cercospora
capsici). Gejala serangan antraks atau patek ialah bercak‐bercak pada buah, buah kehitaman dan busuk kering pada
buah, dan akhirnya rontok. Penyakit busuk buah kering yang disebabkan
cendawan untuk mengatasinya dapat menggunakan fungisida seperti Antracol dan
dilakukan sesuai dengan dosis sesuai petunjuk penggunaan pada produk.
2. Keriting Daun
Penyakit
kuning keriting sangat sulit diberantas, apalagi dihilangkan sampai 0%. Upaya
yang dilakukan hanya sebatas pengendalian risiko, untuk mencapai ambang
toleransi penyakit agar tidak merugikan atau memperkecil kerugian produksi
cabe.Gejala
penyakit tanaman cabe pada umumnya berwarna mosaik kuning atau hijau muda
mencolok. Kadang-kadang pucuk menumpuk keriting diikuti dengan bentuk helaian
daun menyempit atau cekung, tanaman tumbuh tidak normal menjadi lebih kerdil
dibandingkan dengan tanaman sehat. Kedua gejala penyakit di atas, kuning dan
hijau keriting sering pula ditemukan secara bersamaan dalam satu varietas pada
lahan yang sama. Di lapang gejala ditemukan dalam berbagai stadium dari mulai
gejala awal seperti urat daun kekuningan pada pucuk sampai seluruh daun
bergejala kuning. Penyakit ini diketahui pada beberapa varietas cabe cukup
merugikan, hasil panen berkurang sampai terjadi puso, terutama pada tanaman
yang terinfeksi sejak masa tanaman masih sangat muda. Pada tanaman cabe rawit
yang terserang sampai 100% masih mampu menghasilkan buah walaupun sedikit,
sedangkan pada cabe besar yang terserang penyakit ini menhasilkan buah yang
sangat sedikit.
Bercak daun ialah bercak‐bercak
kecil yang akan melebar. Pinggir bercak berwama lebih tua dari bagian
tengahnya. Pusat bercak ini sering robek atau berlubang. Daun berubah
kekuningan lalu gugur. Serangan keriting daun sesuai namanya ditandai oleh
keriting dan mengerutnya daun, tetapi keadaan tanaman tetap sehat dan segar.
Selain penyakit keriting daun, penyakit lainnya dapat dicegah dengan
penyemprotan fungisida Dithane M 45, Antracol, Cupravit, Difolatan. Bila
tanaman diserang penyakit keriting daun maka tanaman dicabut dan dibakar,
karena pengendalian keriting daun secara kimia masih sangat sulit.
Inti
pengendalian penyakit kuning keriting pada tanaman cabe adalah upaya terpadu
untuk menghalangi terjadinya infeksi terutama pada waktu tanaman masih muda.
Pengendalikan penyakit kuning keriting adalah sebagai berikut: mengisolasi
persemaian dengan kerodong yang kedap kutu kebul (+ 50 ), menggunakan mulsa
plastik perak pada pertanaman di areal tanam, memantau tanaman muda sampai umur
30-35 hari, segera memusnahkan tanaman cabe yang terserang awal penyakit kuning
keriting, tanaman yang dicabut segera disulam dengan semaian yang sehat,
menggunakan insektisida selektif seperti imidaklorpid atau insektisida sejenis
agar musuh alami predator tidak ikut termusnahkan, menyiangi gulma, pemeliharaan
kebun dengan baik sesuai anjuran dan selalu memantau perkembangan serta
mengendalian penyakit dan hama penting lainnya, gunakan varietas yang tahan
terhadap keriting daun, dan lain-lain.
3. Layu Bakteri (Pseudomonas
solana-cearum E.F. Smith)
Tanaman yang
terserang Layu Bakteri akan menunjukan gejala layu pada batang dan daun
tanaman, mulai dari bagian pucuk, kemudian menjalar ke seluruh bagian tanaman.
Daun menguning dan akhirnya mengering serta rontok dan akhirnya mati. Penyakit layu
bakteri dapat menyerang tanaman cabe pada semua tingkatan umur, tetapi paling
peka adalah tanaman muda atau menjelang fase berbunga maupun berbuah.
Bakteri layu
biasanya menghebat pada tanaman cabe di dataran rendah. Pengendalian penyakit
bakteri layu harus dilakukan secara terpadu, yaitu: Perlakuan benih atau bibit
sebelum tanam dengan cara direndam dalam bakterisida Agrimycin atau Agrept 0,5
gr/lt selama 5-15 menit. Perbaikan drainase tanah di sekitar kebun agar tidak
becek atau menggenang. Pencabutan tanaman yang sakit agar tidak menular ke
tanaman yang sehat. Penggunaan bakterisida Agrimycin atau Agrept dengan cara
disemprotkan atau dikocor di sekitar batang tanaman cabe tersebut yang
diperkirakan terserang bakteri P. solanacearum. Selain itu juga dapat dilakukan
dengan melakukan pengelolaan (manajemen) lahan, misalnya dengan pengapuran
tanah ataupun pergiliran tanaman yang bukan famili Solanaceae.
4. Layu Fusarium (Fusarium
oxysporum Sulz.)
Gejala serangan
yang dapat diamati adalah terjadinya pemucatan warna tulang-tulang daun di
sebelah atas, kemudian diikuti dengan merunduknya tangkai-tangkai daun;
sehingga akibat lebih lanjut seluruh tanaman layu dan mati. Gejala kelayuan
tanaman seringkali sulit dibedakan dengan serangan bakteri layu (P.
solanacearum). Layu Fusarium disebabkan oleh organisme cendawan bersifat tular
tanah. Biasanya penyakit ini muncul pada tanah-tanah yang ber-pH rendah
(masam). Untuk membuktikan penyebab layu tersebut dapat dilakukan dengan cara
memotong pangkal batang tanaman yang sakit, kemudian direndam dalam gelas
berisi air bening (jernih). Biarkan rendaman batang tadi sekitar 5-15 menit,
kemudian digoyang-goyangkan secara hati-hati. Bila dari pangkal batang keluar
cairan putih dan terlihat suatu cincin berwarna coklat dari berkas pembuluhnya,
hal itu menandakan adanya serangan Fusarium.
Pengendalian
penyakit layu Fusarium dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu: Perlakuan
benih atau bibit dengan cara direndam dalam larutan fungisida sistemik, misalnya
Benlate ataupun Derosal 0,5-1,0 gr/lt air selama 10-15 menit. Pengapuran tanah
sebelum tanam dengan Dolomit atau Captan (Calcit) sesuai dengan angka pH tanah
agar mendekati netral. Pencabutan tanaman yang sakit agar tidak menjadi sumber
infeksi bagi tanaman yang sehat. Pengaturan pembuangan air (drainase), dengan
cara pembuatan bedengan yang tinggi, terutama pada musim hujan. Penyiraman
larutan fungisida sistemik seperti Derosal, Anvil, Previcur N dan Topsin di
sekitar batang tanaman cabe yang diduga sumber atau terkena cendawan. Bercak
Daun dan Buah (Collectro-tichum capsici (Syd). Butl. et. Bisby). Bercak
daun dan buah cabe sering disebut penyakit Antraknose atau "patek".
Penyakit ini menjadi masalah utama di musim hujan. Disebabkan oleh cendawan Gloesporium
piperatum dan Colletotrichum capsici. Cendawan G. piperatum umumnya
menyerang buah muda dan menyebabkan mati ujung.
5. Bercak Daun (Cercospora
capsici Heald et Wolf)
Penyebab
penyakit bercak daun adalah cendawan Cercospora capsici. Gejala serangan
penyakit ditandai dengan bercak-bercak bulat kecil kebasah-basahan. Berikutnya
bercak akan meluas dengan garis tengah + 0,5 cm. Di pusat bercak nampak
berwarna pucat sampai putih dan pada bagian tepinya berwarna lebih tua.
Serangan yang berat (parah) dapat menyebabkan daun menguning dan gugur, ataupun
langsung berguguran tanpa didahului menguningnya daun. Pengendalian penyakit
ini dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan kebun, dan disemprot
fungisida seperti Topsin, Velimek, dan Benlate secara berselang-seling.
6. Bercak Alternaria (Alternaria
solani Ell & Marf)
Penyebab
penyakit bercak Alternaria adalah cendawan. Gejala serangan penyakit ini adalah
ditandai dengan timbulnya bercak-bercak coklat-tua sampai kehitaman dengan
lingkaran-lingkaran konsentris. Bercak-bercak ini akan membesar dan bergabung
menjadi satu. Serangan penyakit bercak Alternaria dimulai dari daun yang paling
bawah, dan kadang-kadang juga menyerang pada bagian batang. Pengendalian
penyakit bercak Alternaria antara lain dengan cara menjaga kebersihan kebun,
dan disemprot fungisida seperti Cupravit, Dithane M-45 dan Score, secara
berselang-seling.
7. Busuk Daun dan Buah (Phytophthora
spp)
Penyakit busuk
daun dapat pula menyebabkan busuk buah cabe. Gejala serangan tampak pada daun
yaitu bercak-bercak kecil di bagian tepinya, kemudian menyerang seluruh batang.
Batang tanaman cabe juga dapat terserang penyakit ini, ditandai dengan gejala
perubahan warna menjadi kehitaman. Buah cabe yang terserang menunjukkan gejala
awal bercak-bercak kebasahan, kemudian meluas, dan akhirnya buah akan terlepas
dari kelopaknya karena membusuk. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan
dengan cara pengaturan jarak tanam yang baik, yaitu di musim hujan idealnya 70
x 70 cm, mengumpulkan buah cabe yang busuk untuk dimusnahkan, dan disemprot
fungisida seperti Sandovan MZ, Kocide atau Polyram secara berselang-seling.
8. Virus
Penyakit virus
pada tanaman cabe di pulau Jawa dan Lampung ditemukan adanya Cucumber Mosaic
Virus (CMV), Potato Virus Y (PVY), Tobacco Etch Virus (TEV), Tobacco
Mosaic Virus (TMV), Tobacco Rattle Virus (TRV), dan juga Tomato
Ringspot Virus (TRSV). Gejala penyakit virus yang umum ditemukan adalah
daun mengecil, keriting, dan mosaik yang diduga oleh TMV, CMV dan TEV.
Penyebaran virus biasanya dibantu oleh serangga penular (vektor) seperti kutu
daun dan Thrips. Tanaman cabe yang terserang virus seringkali mampu bertahan
hidup, tetapi tidak menghasilkan buah.
Pengendalian
penyakit virus ini dapat dilakukan dengan cara : Pemberantasan serangga vektor
(penular) seperti Aphids dan Thrips dengan semprotan insektisida yang efektif.
Tanaman cabe yang menunjukkan gejala sakit dan mencurigakan terserang virus
dicabut dan dimusnahkan. Melakukan pergiliran (rotasi) tanaman dengan tanaman
yang bukan famili Solanaceae.
9. Penyakit Fisiologis
Merupakan
keadaan suatu tanaman menderita sakit atau kelainan, tetapi penyebabnya bukan
oleh mikroorganisme. Beberapa contoh penyakit fisiologis pada tanaman cabe yang
paling sering ditemukan adalah kekurangan unsur hara Kalsium (Ca), dan
terbakarnya buah cabe akibat sengatan sinar matahari. Tanaman cabe yang
kekurangan unsur Ca akan menunjukkan gejala pada buahnya terdapat bercak
hijau-gelap, kemudian menjadi lekukan bacah coklat kehitam-hitaman. Jaringan di
tempat bercak menjadi rusak sampai ke bagian dalam buah. Bentuk buah cabe
menjadi pipih dan berubah warna lebih awal (sebelum waktunya). Biasanya
kekurangan Ca pada stadium buah rusak akan diikuti tumbuhnya cendawan. Usaha
pencegahan kekurangan Ca dapat dilakukan dengan cara pengapuran sewaktu
mengolah tanah, diikuti pemupukan berimbang, dan pengairan kebun secara merata.
Bila tanaman cabe sedang masa berbuah tetapi menunjukan gejala kekurangan Ca,
maka dapat disemprot dengan pupuk daun yang banyak mengandung unsur Ca.
C. Pengendalian Hama
Dan Penyakit Tanaman Secara Organik
Teknik
pengendalian hama dan penyakit dengan menggunakan pestisida umum digunakan oleh para petani. Penggunaan
pestisida sangat efektif untuk membasmi hama dan penyakit tanaman cabe.
Pestisida merupakan bahan kimia yang dapat membunuh hama dan penyakit tanaman
cabe, namun disisi lain bahan kimia tersebut juga dapat mencemari buah cabe
sebagai produk pangan. Pestisida merupakan racun yang berbahaya bagi manusia,
hewan peliharaan, dan lingkungan bila salah dalam penggunaannya. Penggunaan
bahan-bahan berbahaya yang tidak diorientasikan sebagai pestisida hendaklah
tidak dilakukan seperti formalin dan lain-lain. Penggunaan pestisida harus
sesuai dosis yang dianjurkan, tepat waktu, tepat cara, tepat sasaran dan tepat
guna.
Penggunaan
pestisida secara kimia harus ditekan sedikit mungkin. Penggunaan pestisida
kimia selain tidak baik bagi kesehatan konsumen, juga semakin lama hama dan
penyakit menjadi resisten. Oleh karena itu, pertanian organic penting untuk
digalakan. Kita dapat menggunakan agen mikrobia bahan bahan alami yang aman
untuk mengendalikan hama dan penyakit. Beberapa jenis mikrobia yang sering
digunakan sebagai agen pestisida pada sektor pertanian adalah antara lain;
No
|
Jenis
Mikrobia
|
Jenis
Pathogen
|
Jenis Tanaman
|
1
|
Bacillus thuringiensis
|
Lepidoptera ( Pluetella xylostella, Pieris rapae, Helicoverpa
zea, Denddrolimus punctatus, Oristrina nubialis)
|
Sayuran, kapas, tanaman buah, padi, jagung, tanaman hias,
tanaman hutan.
|
2
|
Beauveria bassiana
|
Coleoptera, Homoptera, Lepidoptera, Diptera
|
Tanaman kopi, bunga, sayuran, dll.
|
3
|
Beauveria brongniartii
|
Coleoptera, Homoptera, Lepidoptera, Diptera.
|
Tanaman bunga, kelapa sawit, tanaman budidaya lainnya.
|
4
|
Gliocladium virens
|
Layu semai ( Phytium, Rhizoctonia, Sclerotinia, Sclerotium,
Fusarium spp)
|
Tanaman hias, sayuran, tanaman budidaya
|
5
|
Leginidium giganteum
|
Larva semua jenis nyamuk
|
Sawah, lahan basah, kolam, danau.
|
6
|
Metharizium anisopliae
|
Lepidoptera, Coleoptera, Homoptera, Orthoptera
|
Tanaman bunga, sayuran, kentang, lahan rumput, tanaman budidaya.
|
7
|
Myrothecium verrucaria
|
Cacing parasit
|
Tanaman hias, kubis, jeruk, turf
|
8
|
Trichoderma harzianum
|
Fusarium, Rhizoctonia, Alternaria, Rosellinia, Botrys,
Sclerotium, Phytoptora sp.
|
Tanaman bunga, sayuran, buah, tanaman budidaya.
|
9
|
Pseudomonas fluorescens
|
Erwinia amylovora
Fusarium
|
Tanaman buah apel, ceri,pear, kentang, tomat,
|
10
|
Trichorderma coniingii
|
Jamur akar putih
|
Tanaman karet
|
11
|
Pseudomonas syringae
|
Organism pathogen lepas panen
|
Buah apel, pear, jeruk
|
12
|
Streptomyces griseoviridis
|
Jamur tular tanah (Fusarium sp, Alternaria, Rhizoctonia sp.,
Phomopsis sp. Phytium sp. Botrytis sp.)
|
Tanaman budidaya
|
13
|
Tricodherma viridae
|
Rhizotonia sp. Phytium sp. Fusarium sp.
|
Tanaman budidaya
|
14
|
Bacillus substillis
|
Rhizotonia sp. Phytium sp. Fusarium sp. Aspergillus sp.
|
Tanaman budidaya
|
15
|
Talaromyces flavus
|
Rhizotonia solani, verticilium dahliae
|
Busuk akar tanaman buah-buahan, tomat, mentimun.
|